Pages

Minggu, 23 September 2012

Proses belajar dalam mengajar



Pertama kali dalam mengajar bukanlah hal yang sepele terutama dalam mengajar di sekolah dasar. Saya akan sedikit berbagi kisah tentang pertama kalinya berhadapan dengan berpuluh-puluh siswa dan siswi di kelas.
Saya mulai mencoba mengajar ketika mengenyam pendidikan di semester 4, dan saya diberi kesempatan mengajar di salah satu SD Negeri di palembang. Dengan bermodalkan sedikit ilmu tentang mengajar dan beberapa materi Bahasa Inggris, saya mencoba memberanikan diri dalam menghadapi berbagai tantangan.
Di usia mereka yang begitu muda, tentunya kita harus bisa menarik hati mereka untuk belajar. Banyak masalah-masalah yang bisa timbul ketika itu, yakni :

1. Tingkat kesulitan dalam mengajar anak kecil
Anak kecil yang berkisar antara 5-12 tahun tentunya diwarnai dengan kegiatan yang menyenangkan seperti bermain. Oleh karma itu kebanyakan siswa fokus belajar hanya dalam waktu 30menit, setelah itu mereka cenderung ingin bermain atau mengganggu teman-temannya. Hal ini cukup menyulitkan bagi pemula seperti saya. Seiring dengan proses belajar mengajar ini, saya mulai mencoba mengatasi permasalahan itu, solusinya dengan cara memberikan sebuah permainan yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

2. Kurangnya fasilitas yang memadai bagi para murid
  •  Meja yang harusnya ditempati oleh 2 orang siswa, tapi justru ditempati oleh 3 orang siswa yang kadang menyulitkan mereka dalam belajar. 
  • Kipas angin yang kadang membahayakan, karena saklarnya terlepas dari dinding dan mengeluarkan beberapa kabel. 
  • Kenyaman WC yang begitu memprihatinkan. 
  • Kurangnya perlengkapan kegiatan dalam proses belajar dan mengajar maupun perlengkapan kebersihan (seperti kapur, spidol, papan tulis yang layak, sapu, pel dll yang terkadang memberatkan para siswa untuk mengeluarkan dana tambahan dalam membeli alat-alat tersebut)
3. Latar belakang dari setiap murid
  • Beberapa siswa yang tergolong tidak mampu kebanyakan akan kesulitan dalam memenuhi peralatan sekolah mereka dan sulit dalam belajar. Berbeda dengan siswa yang tergolong sangat mampu, mereka memiliki peralatan sekolah yang cukup dan bisa belajar lebih tanggap dengan di dukung adanya les tambahan diluar. Hal ini semestinya didukung oleh beberapa lembaga baik itu swasta ataupun negeri untuk menyikapi hal ini, setidaknya bisa memberikan kontribusi berupa buku-buku yang sesuai, pakaian dan perlengkapan sekolah bagi yang tidak mampu. 
  •  Adanya kondisi latar belakang keluarga siswa yang tidak baik sehingga menyebabkan anak tersebut tumbuh nakal dan tidak mau mendegarkan pelajaran maupun nasehat guru.
4.Kurangnya pengetahuan tentang Bahasa Inggris
            Banyak dari para siswa yang kadang menganggap pelajaran bahasa inggris tidak penting, karena bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa daerah ataupun bahasa indonesia. Padahal bahasa inggris kini bukanlah lagi bahasa yang begitu asing di dengar, dan bahasa ini pun kelak akan berguna untuk berinteraksi dan meningkatkan kualitas diri dalam menjalani karir ataupun kehidupan bertaraf internasional. Maka dari itu sosialisasi yang baik tentang bahasa inggris bisa ditingkatkan terhadap anak-anak sejak dini.

Dalam menghadapi situasi seperti yang saya jabarkan di atas, pendidikan yang seperti ini, tentunya bukan hanya peran guru dan orangtua saja, namun pemerintah dan lembaga-lembaga kependidikan pun harus ikut andil dalam memajukan kualitas generasi ini. Tidak hanya dengan beriming-iming pendanaan yang bertriliun-triliun tapi bagaimana caranya pendanaan itu bisa sampai dengan baik dan benar-benar sesuai pada tempatnya. Sehingga kualitas semua Sekolah Dasar Negeri bisa memenuhi kriteria sekolah yang baik. Karena semua ini adalah salah satu wujud dalam mecintai anak bangsa sendiri, jika bukan mereka siapa lagi penerus kesejahteraan negara ini?

Mereka adalah penerus bangsa ini

Anak Indonesia penerus generasi bangsa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar