Pages

Senin, 24 September 2012

Kelabilan remaja di Social Media


Seiring dengan perkembangan zaman, dunia teknologi pun berkembang dengan cepat. Mulai dari anak kecil hingga orang tua pun banyak yang mengenal kecanggihan teknologi sekarang. Misalnya saja Social Media yang ada di Internet.

Social Media kini bukanlah hal yang asing bagi semua orang. Ada sebagian dari mereka menggunakan social media sebagai sarana yang bermanfaat misalnya saja menyebarkan kegiatan-kegiatan sosial yang bermanfaat. Tapi tak sedikit pula orang menggunakannya sebagai tempat yang berdampak buruk.

Kali ini, saya mau cerita tentang sesuatu yang mungkin kalian sudah pernah tau. Yaitu pencemaran nama baik suatu instansi. Misalnya saja kasus Prita, tapi syukurlah hal tersebut bisa diatasi dengan baik. Nah bloggers, sudah tau kan kalau sekarang ini virus demam social media telah menjakit para anak muda zaman sekarang. Yang terkadang mereka disebut "ababil" mungkin karena jiwa mereka yang masih labil dan cenderung menggebu-gebu sehingga terkadang meng-update status mereka dengan berbagai kata cemoohan, kalimat frontal dan kadang menjurus kepencemaran nama baik.

Sebut saja seorang remaja bernama "EEX" yang mungkin merasa tidak puas akan kinerja dan kualitas guru di sekolahnya. Merasa kesal dengan peraturan sekolah yang terlalu ketat sudah membuatnya naik darah sehingga meng-update kalimat yang mengolok-ngolokan guru mereka sebagai pendidik yang tak bermoral. Hingga ia lulus dari sekolah tersebut pun ia tetap mencaci-caci para guru di sekolahnya yang dulu. Berbagai hinaan yang telah ia lontarkan terhadap guru-guru secara terus menerus dengan kalimat yang tak pantas di ucapkan bagi seorang yang telah mengenyam pendidikan. "EEX" mengaku bahwa ketertiban sekolahnya terlalu ketat, hanya karna terlambat lebih dari 5 menit para siswa yang telat harus di usir dari sekolah. Ia mengeluh bahwa sekolahnya berada cukup jauh dan merasa tidak dihargai sebagai seorang siswa. Dan hal itu telah terjadi bertahun-tahun. Tapi bukankah itu peraturan yang mampu melatih kedisiplinan? Dan lagi-lagi "EEX" membantah bahwa terkadang guru-gurunya pun ada yang datang terlambat.

Dalam hal ini sebenarnya siapa yang salah? Ya munkin bisa dibilang "EEX" yang salah karena terlalu emosi dalam mengemukakan pendapat, karna hal itu bisa berupa pencemaran nama baik instansi terkait. Tentu saja ia bisa mendapat imbas dari yang bersangkutan jika pihak berwenang mengadukannya.

Dari kejadian ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa:
  • Semua orang bebas mengemukakan pendapat, tapi gunakanlah dengan pendapat yang benar, sopan dan tidak menyinggung pihak mana pun.
  • Sebagai alumni sebaiknya menjaga nama baik almamater, jika memang sudah tidak pantas untuk dijaga bisa langsung menghubungi ke pihak bersangkutan dan pihak yang berwenang.
  • Seorang yang berpendidikan dan mengerti arti tanda jasa terhadap guru dan sekolahnya tidak akan berbuat hal buruk yang merugikan pihak manapun. Jika ingin berkeluh kesah jangan kepada social media.
  • Pendidikan tentang Social media mungkin harus di tingkatkan lagi sehingga bisa mengurangi hal-hal seperti permasalahan di atas khususnya bagi remaja labil yang sering menggunakan kata kata frontal.
  • Sebuah peraturan memang terkadang memberatkan, namun hal itu juga mampu melatih kedisiplinan kita, bukankah jika peraturan itu tidak ada maka dunia pun ikut kacau?
  • Pesan terhadap pendidik : Berikanlah contoh yang baik sehingga anak didik bisa sangat menghargai jasamu. Berikanlah kesempatan bagi mereka (siswa) yang benar-benar ingin belajar, bukankah peraturan yang terlalu ketat akan membebani siswa? Berikanlah jeda sedikit untuk mereka bernafas lega, sehingga mereka merasa nyaman untuk datang dan belajar di sekolah.
Maju terus generasi muda Indonesia.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat ya bloggers :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar